Bukan semata tentang hujan




Ajari aku menggunakan pena
Akan kutulis gemercik air, udara dingin
Kabut senja, sampai daun gugur,
menjadi hujan

Orang-orang dewasa itu aneh
Mereka bilang menyukai hujan
Tapi selalu berlindung di balik payung
Berlindung di balik atap
Bahkan beberapa dari mereka memaki,
karena hujan membuat baju mereka basah

Mereka tidak benar-benar menyukai
Hanya mulutnya saja, tindakannya tidak
Mereka hanya mencari sensasi,
atau sedang menjual romantisme
Nyatanya mereka menyesali, 
hujan yang tak kunjung reda
Mendinginkan udara sekitar,
dan membuat jemurannya tak kunjung kering

 Sayang cintanya hanya sebatas kata
Sayang katanya hanya sebatas kalimat
Status di media sosialnya
Hanya menjadi foto untuk mendukung kesenduannya

Aku rasa, kita tidak akan mengerti hujan
Kecuali menjadi hujan itu sendiri
Bagaimana bisa sesekali kita mendengarkan orang,
bahwa mereka menyukai kita

Padahal dibelakang itu semua,
mereka tidak demikian
Manusia banyak yang seperti itu
Manusia terlatih untuk berpura-pura, 
dihadapan orang lain
Memanipulasi sikapnya, dan menyaring kata-kata menjadi manis
Meski tidak dalam hati dan pikiran

Dan kita akan belajar menjadi hujan
Bahwa ia akan turun dan tidak peduli
Dengan banyak orang yang menyesali kehadirannya
Hujan akan tetap turun, 
untuk ia yang membutuhkannya
Untuk orang-orang yang merindukan kedatangannya
Untuk tanaman dan hewan yang membutuhkannya

Tidak perlu menghabiskan pikiran dan hati kita
Untuk memikirkan orang-orang yang tidak menyukai kita
Lebih baik kita curahkan hati dan pikiran kita,
untuk orang-orang yang menghargai keberadaan kita
untuk orang-orang yang mencintai dan menunggu kita

Meski jumlahnya mungkin tidak banyak,
Tapi itu akan membuat hidupmu jauh lebih bahagia
Karena sungguh, akan selalu ada orang-orang yang tidak menyukaimu
Dan kamu tidak perlu memikirkan yang demikian

Hujan akan tetap turun, meski ia dibenci
Karena ia datang bukan untuk mereka
Ia datang untuk orang-orang yang merindukan dan mencintainya

Hari itu, tahun 2016


2 Muharram 1447 H
Sabtu, 28 Juni 2025
Hari ini, hari berhujan di Bintan                
Allâhumma sayyiban nâfi'ân.
“Ya Allah, turunkanlah kepada kami hujan yang bermanfaat.”

Dulu, di fase jahiliyah ku. Hujan kerap memproyeksikan memori sedihku. Tentang kesendirian, ketidak utuahan, penolakan, dan kemarahan. Aku mendatangi hujan yang begitu deras, hanya untuk berteriak, meluapkan kemarahan, caci maki dan sumpah serapah.
Semua itu berawal dari "Ya Allah, kalau kehidupan seperti ini yang kujalani, aku ga mau hidup!"
Aku diam, dan hanyut.
Segala bentuk khayalan, fantasi tentang menghilang dari dunia ini. Aku membayangkannya, aku menginginkannya, walau aku tau, itu menentang Allah.
Aku semakin hilang, semakin jauh.
Merasa tidak ada yang mau mengerti, tertinggal sendiri, aku membangun tembok pembatas sendiri.
Semua berakhir dengan "Ya Allah, tolong aku."
Hal yang tidak ku teriakkan seperti kemarahan, tapi hanya terbersit dalam hati.
Dan aku tidak mengetahui jalan kembali.
Jelasnya Allah menyuruhku pergi.
Tidak lagi berdiri di tempat yang telah ku kotori.
Nanti saat aku paham cara membersihkannya, Allah akan memberiku izin untuk kembali.
Allah ingin aku belajar sedikit demi sedikit, karena Allah memahami betapa rusaknya diri ini.

Subhanallah.
Kini aku tau bahwa aku bisa lebih baik dalam memperlakukan datangnya hujan. 
Saat ia datang, aku bisa memohon padaNya untuk keberkahan.
Karena Ia yang telah memberkahi hujan, Ia mengizinkanku untuk mengadu padaNya di waktu hujan, waktu yang Ia janjikan sebagai salah satu waktu terbaik untuk meminta dan berdo'a.

Wallahua'lam bisshawab 🍂 

Komentar